Industri ritel Tanah Air tengah menghadapai persoalan pelik.
Satu per satu pelaku industri ritel di Indonesia mulai mengehentikan
operasional gerai ritelnya. Tercatat,
hingga saat ini sudah ada beberapa pelaku usaha ritel yang menutup gerai
usahanya, mulai dari 7-Eleven, PT Matahari Department Store.
Terbaru, Lotus Department Store dan Debenhams akan ditutup oleh PT
Mitra Adi Perkasa Tbk pada akhir bulan Oktober dan akhir tahun ini.Ketua Umum
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi Sukamdani mengatakan, perlu ada
upaya dari pemerintah agar persoalan tutupnya gerai ritel tidak terus
berlanjut.
"Tutup itu kan karena tidak laku, poinnya itu, karena pembelinya
berkurang," kata Hariyadi kepada Kompas.com, Jumat (27/10/2017).Menurut
Hariyadi, pasca-tutupnya 7-Eleven hingga saat ini, pemerintah belum serius
menghiraukan masalah daya beli.
"Ini kan sekarang kementerian terkait membantahlah enggak percaya
daya beli turun segala macam. Tapi kalau pemerintah sendiri tidak memahami apa
yang terjadi, kan bisa memukul pemerintah itu sendiri," tambahnya.Hariyadi,
menegaskan saat ini sudah waktunya bagi pemerintah untuk lebih mencari tahu
lebih lanjut terkait persoalan daya beli dan fenomena tutupnya gerai ritel.
"Yang penting adalah segera cari tahu apa sih situasi sebenernya
seperti apa, sehingga mereka bisa mengambil kebijakan yang tepat," papar
Hariyadi.Sebelumnya, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) memastikan akan menghentikan
secara total operasional toko ritel Debenhams di Indonesia pada akhir tahun
2017.
Hal ini dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi usaha perseroan
menyusul tinjauan strategis pada bulan Juni 2017 lalu.MAP juga sudah
mengumumkan rencana untuk menghentikan operasional Lotus Department Store pada
akhir bulan Oktober 2017.
Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati mengatakan, bisnis
MAP kedepan akan fokus pada gerai department store yang lain, yakni SOGO,
SEIBU, dan Galeries Lafayette. "Di berbagai belahan dunia,
generasi millenials telah menjauh dari department store, dan mereka
lebih memilih untuk belanja di toko-toko khusus. Tak terkecuali di Indonesia,”
kata Fetty.
Menurutnya, keputusan untuk menutup toko ini dilakukan setelah
mempertimbangkan perubahan tren ritel global secara hati-hati.
Dampak Sosial
dengan
banyaknya ritel yang tutup ditahun ini menyebabkan angka perumahan pegawai meningkat
,keadaan tersebut tentu saja menyebabkan dampak social kepada masyrakat yang
mengalami hal tersebut
Dampak Budaya
dengan
banyaknya ritel yang ditutup mengindikasikan bahwa budaya belanja masyarakat
sedikit banyak sudah beralih dari konvensional ke belanja online
Dampak Politik
Untuk dampak
politik sepertinya tidak ada atau belum ada.
Dampak Ekonomi
dengan
banyaknya ritel yang di tutup menjadi indikasi bahwa daya beli masyaraka menurun .
Dampak Hukum
dengan banyaknya gerai yang dditutup
menyebabkan angka pemutusan hubungan kerja meningkat sehingga angka
penngagguran juga meningkat,dengan meningkatnya angka pengangguran di
khawatirkan angka kriminalitas juga meningkat.
Source:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar